A. Faktor
Penyebab Munculnya Reformasi
Keberhasilan pembangunan yang
dibanggakan selama masa Orde Baru sebenarnya tidak merata, maka kemajuan
Indonesia temyata hanya semu belaka. Sehingga pada pertengahan tahun 1997
Indonesia dilanda krisis ekonomi, harga-harga mulai membumbung tinggi sehingga
daya beli rakyat sangat lemah, seakan menjerit lebih-lehih banyak perusahaan
yang terpaksa melakukan "PHK" karyawannya. Diperburuk lagi dengan
kurs rupiah terhadap dolar sangat rendah.
Pemerintahan Soeharto semakin
disorot setelah Tragedi Trisakti pada 12 Mei 1998 yang kemudian memicu Kerusuhan Mei 1998 sehari setelahnya. Pada tanggal 20 Mei 1998 Presiden Soeharto
berupaya untuk memperbaiki program Kabinet Pembangunan VII
dengan menggantikan dengan nama Kabinet Reformasi, namun tidak mendapat
tanggapan rakyat.
Gerakan
mahasiswa pun
meluas hampir diseluruh Indonesia. Di bawah tekanan yang besar dari dalam
maupun luar negeri, Soeharto akhirnya memilih untuk mengundurkan diri dari
jabatannya.
1. Krisis
Politik
Demokrasi
yang tidak dilaksanakan dengan semestinya akan
menimbulkan
permasalahan
politik. Ada kesan
kedaulatan rakyat berada di tangan kelornpok tertentu, bahkan lebih banyak dipegang oleh
para penguasa.
Dalam UUD 1945 Pasal
2 telah disebutkan bahwa "Kedaulatan adalah di
tangan rakyat dan
dilaksanakan sepenuhnya oleh MPR".
Pada dasarnya secara de jure (secara hukum) kedaulatan rakyat tersebut dilakukan oleh MPR
sebagai wakil-wakil
dari rakyat, tetapi secara de facto (dalam kenyataannya) anggota MPR sudah diatur dan direkayasa, sehingga sebagian besar
anggota MPR
itu diangkat berdasarkan ikatan kekeluargaan (nepotisme).
Misalnya istri, anak,
keluarga atau kerabat dekat para pejabat tinggi negara bisa
diangkat menjadi anggota MPR. Oleh karenA itu, dengan sistem seperti
itu keanggotaan DPR dan MPR dapat diatur dan bergantung pada penguasa.
Keadaan seperti ini mengakibatkan munculnya rasa tidak
percaya kepada institusi pemerintah, DPR dan MPR.
Ketidakpercayaan itulah yang menimbulkan munculnya gerakan reformasi. Kaum reformis yang
dipelopori oleh kalangan mahasiswa yang
didukung para dosen serta para rektornya mengajukan tuntutan untuk mengganti
presiden, reshulffe kabinet, dan menggelar Sidang Istimewa MPR
dan melaksanakan pemilihan umum secepatnya.
Krisis politik pada akhir orde baru
ditandai dengan kemenangan mutlak Golkar dalam Pemilihan Umum 1997 yang dinilai
penuh kecurangan, Golkar satu-satunya kontestan pemilu yang didukung fmansial
maupun secara politik oleh pemerintah memenangkan pemilu dengan meraih suara
mayoritas.
Kemenangan Golongan Karya dinilai oleh
para pengamat politik di Indonesia dan para peninjau asing dalam pemilu yang
tidak jujur dan adil (jurdil) penuh ancaman dan intimidasi terhadap para
pemilih di pedesaan. Dengan diikuti dukungan terhadap Jenderal (Pum) Soeharto
selaku ketua dewan pembina Golkar untuk dicalonkan kembali sebagai presiden
pada sidang umum MPR tahun 1998
temyata mayoritas anggota DPR/MPR
mendukung Soeharto menjadi presiden untuk periode 1998-2003.
Demokrasi yang tidak dilaksanakan dengan
semestinya menimbulkan permasalahan masa pemerintahan Orde Baru, kedaulatan
rakyat ada ditangan kelompok tertentu, bahkan lebih banyak dipegang pihak
penguasa. Kedaulatan ditangan rakyat yang dilaksanakan sepenuhnya MPR dilaksanakan de jure secara de facto anggota MPR sudah diatur dan direkayasa sehingga sebagian
besar anggotanya diangkat dengan sistem keluarga (nepotisme).
2. Krisis
Kepercayaan
Pemerintahan Orde Baru yang diliputi KKN
secara terselubung maupun terang-terangan pada bidang parlemen, kehakiman,
dunia usaha, perbankan, peradilan, pemerintahan sudah berlangsung lama sehingga
disana-sini muncul ketidakadilan, kesenjangan sosial, rusaknya system politik,
hukum, dan ekonomi mengakibatkan timbul ketidak percayaan rakyat terhadap
pemerintahan dan pihak luar negeri terhadap Indonesia
3. Krisis
Ekonomi
Huru-hara bulan Mei 1998 merupakan peristiwa
bersejarah yang membawa Indonesia pada babak baru perjalanan bangsa. Peristiwa
ini tak dapat dipisahkan dari rangkaian krisis moneter yang telah berlangsung
sejak juli 1997 dimulai dari Thailand dan menyebar kebeberapa Negara lain
termasuk di Indonesia dan Korea Selatan.
Nilai tukar rupiah semakin
melemah,pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 0 % sebagai akibat lesunya ikiim
bisnis. Kondisi moneter mengalami keterpurukan dengan dilikuidasinya 16 bank
pada bulan Maret 1997. Krisis moneter ini akhimya berdampak pada krisis ekonomi
sehingga menghancurkan sistem fundamental perekonomian Indonesia.Krisis moneter tersebut berkembang menjadi
krisis politik di dalam negeri.
Kepercayaan rakyat yang tadinya seratus persen
kepada pemerintah mendadak menjadi perlawanan yang mengerikan. Di berbagai
wilayah Negara Republik Indonesia bergolak. Mahasiswa dan rakyat bersatu
menuntut pemerintahan yang dipimpin oleh Soeharto turun saat itu juga.
Penyebab krisis diantaranya adalah utang
luar negeri yang sangat besar, Perdagangan luar negeri semakin sulit karena
barang dari luar negeri menjadi sangat mahal harganya. Mereka tidak percaya
kepada para importir Indonesia yang dianggap tidak akan mampu membayar barang dagangannya
Pemerintah Orde Baru berusaha menjadikan
Indonesia sebagai negara industri yang kurang memperhatikan dengan seksama
kondisi riil masyarakat agraris, dan pendidikan masih rendah, sehingga akan
sangat sulit untuk segera berubah menjadi masyarakat industri. Akibatnya yang
terpacu hanya masyarakat kelas ekonomi atas, para orang kaya yang kemudian
menjadi konglomerat.
Pengaturan perekonomian pada masa Orba
sudah menyimpang dari sistem perekonomian Pancasila, seperti yang diatur dalam
Pasal 33 ayat (1), (2), dan (3). Yang terjadi adalah berkembangnya ekonomi
kapitalis yang dikuasai para konglomerat dengan berbagai bentuk monopoli,
oligopoli korupsi, dan kolusi.
4. Politik
Sentralisasi
Pemerintahan Orde Baru menjalankan
politik sentralistik, yakni bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya peranan
pemerintah pusat sangat menentukan, sebaliknya pemerintah daerah tidak 'punya
peran yang signifikan. Dalam bidang ekonomi sebagian besar kekayaan dari daerah
diangkut ke pusat pembagian yang tidak adil inilah menimbulkan ketidakpuasan
rakyat dan pemerintah daerah. Akibatnya mereka menuntut berpisah dari
pemerintah pusat terutama terjadi di daerah-daerah yang kaya sumber daya alam,
seperti Aceh, Riau, Kalimantan Timur, dan Irian Jaya (Papua).
5. Krisis
Hukum.
Orde Baru banyak terjadi ketidak adilan
dibidang hukum, dalam kekuasaan kehakiman berdasar Pasal 24 UUD 1945 seharusnya
memiliki kekuasaan yang merdeka terlepas dari kekuasaan eksekutif, tapi Kenyataannya
mereka dibawah eksekutif. Dengan demikian pengadilan sulit terwujud bagi
rakyat, sebab hakim harus melayani penguasa. Sehingga sering terjadi rekayasa
dalam proses peradilan.
B. Munculnya
Gerakan Reformasi Indonesia
Reformasi merupakan suatu perubahan tatanan
perikehidupan lama dengan tatanan perikehidupun yang baru dan secara hukum menuju ke arah perbaikan. Gerakan reformasi yang terjadi di
Indonesia
tahun 1998 merupakan suatu gerakan untuk mengadakan
pembaharuan dan perubahan, terutama
perbaikan dalam bidang politik, sosial, ekonomi, dan hukum.
Reformasi merupakan formulasi menuju Indonesia baru dengan
tatanan baru. Buah perjuangan dari reformasi itu tidak dapat dipetik dalam waktu yang singkat, namun
membutuhkan proses dan waktu. Bahkan hasil reformasi baru dapat dinikmati oleh masyarakat Indonesia secara bertahap, sehingga perlu adanya agenda reformasi untuk
memprioritaskan mana yang lebih dulu harus dilaksanakan. Lebih lanjut perlu
juga dilakukan kontrol atas reformasi, agar pelaksalaan, reformasi
tepat pada tujuan dan
sasarannya. Reformasi yang tidak terkendali akan kehilangan arah dan bahkan cenderung melanggar norma-norma
hukum, sehingga tidak akan
membawa perbaikan dalam kehidupan masa depan masyarakat Indonesia.
Atas kesadaran rakyat yang dipelopori
mahasiswa, dan cendikiawan mengadakan suatu gerakan reformasi dengan tujuan
memperbaharui tatanan kehidupan masyarakat, berbangsa, bemegara, agar sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.
Agenda reformasi yang disuarakan
mahasiswa diantaranya sebagai berikut: (1)adili Soeharto dan kroni-kroninya;
(2) amandemen Undang-Undang dasar 1945; (3) penghapusan dwifungsi ABRI; (4) otonomi daerah yang seluas-luasnya; (5)
Supermasi hukum; (6) pemerintahan yang bersih dari korupsi, kolusi, dan
nepotisme.
1.
Kronologi Reformasi
Pada awal bulan Maret 1998 melalui Sidang Umum MPR, Soeharto terpilih kembali menjadi Presiden Republik Indonesia,
dan melaksanakan pelantikan Kabinet Pembangunan VII.
Namun
kondisi bangsa dan Negara
rada saat itu semakin tidak
kunjung membaik. Perekonomian mengalami
kemerosotan dan masalah
sosial semakin menumpuk. Kondisi dan situasi seperti ini mengundang keprihatinan rakyat.
Memasuki bulan Mei 1998,
para mahasiswa dari berbagai daerah mulai
bergerak menggelar
demostrasi dan aksi keprihatinan yang menuntut turunnya harga sembako, penghapusan korupsi - kolusi -
nepotisme (KKN) dan turunnya Soeharto dari kursi kepresidenannya.
Semakin bertambah
ranyaknya aksi para
mahasiswa tersebut menyebabkan para aparat keamanan
tampak kewalahan dan akhirnya mereka harus bertindak
tegas. Bentrokan antara mahasiswa yang menuntut reformasi dengan aparat keamanan tidak
dapat dihindarkan.
Pada tanggal 12 Mei 1998
dalam aksi unjuk rasa mahasiswa Universitas Trisakti terjadi bentrokan dengan aparat keamanan yang menyebabkan empat
nahasiswa tertembak hingga
tewas, serta puluhan mahasiswa lainnya mengalami luka-luka. Kematian empat mahasiswa tersebut
mengobarkan semangat para mahasiswa untuk menggelar demonstrasi
secara besar-besaran.
Pada tanggal 13 dan 14 Mei 1998, di Jakarta dan sekitarnya terjadi kerusuhan
massal dan
penjarahan yang
mengakibatkan lurnpuhnya kegiatan masyarakat. Dalam kerusuhan 13 dan 14 Mei 1998 tersebut
sejumlah pertokoan
menjadi sasaran amuk massa bahkan sampai kepada tingkat pembakaran
toko.toko yang menelan
korban jiwa. Dalam peristiwa tersebut puluhan toko hancur dibakar massa dan isinya dijarah
massa serta ratusan orang mati terbakar
Pada tanggal 19 Mei 1998 puluhan ribu
mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di
Jakarta dan sekitarnya berhasil, menduduki
gedung DPR/MPR.
Pada tanggal itu pula di Yogyakarta terjadi peristiwa bersejarah. Kurang lebih sejuta umat manusia berkumpul
di alun-alun utara kraton Yogyakarta menghadiri
pisowanan
ageng untuk
mendengarkan maklumat
dari Sri Sultan Hamengku
Buwono X dan Sri Paku Alam VII. Inti dari isi maklumat itu adalah
menganjurkan kepada seluruh masyarakat untuk
menggalang persatuan dan kesatuan bangsa.
Pada tanggal 21 Mei 1998, pukul 10'00 WIB di Istana Negara, Presider soeharto meletakkan
jabatannya
sebagai presiden di hadapan
ketua dan beberapa anggota dari
Mahkamah Agung. Pada tanggal itu pula, dan berdasarkan pasal 8 UUD 1945, presiden menunjuk wakil Presiden B.J. Habibie untuli
menggantikannya
menjadi presiden, serta pelantikannya dilakukan di depan
Ketua
Mahkamah
Agung
dan
para
anggotanya. Maka sejak saat itu, Presiden Republik
Indonesia dijabat oleh B.J. Habibie sebagai presiden yang ke-3.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar